BAB IV SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

BAB IV

SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

Standar Kompetensi :

Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian

Kompetensi Dasar :

Menjelaskan sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadian

Indikator :

1. Menjelaskan definisi sosialisasi dan kepribadian

2. Menjelaskan agen, bentuk, tipe dan pola sosialisasi

3. Mengidentifikasi faktor-faktor dan tahap-tahap pembentukan kepribadian

4. Mengemukakan pengaruh kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian

5. Menguraikan pengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribadian

A. SOSIALISASI

  1. Pengertian sosialisasi

Pengertian menurut para ahli :

1. Charlotte Buhler

Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.

2. Koentjaraningrat

Sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa berkembang, berhubungan, mengenal dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat sekitarnya.

3. David F. Aberle

Sosialisasi ialah pola-pola mengenal aksi sosial atau aspek-aspek tingkah laku yang menanamkan individu-individu ketrampilan-ketrampilan (termasuk ilmu pengetahuan), motif-motif dan sikap-sikap yang perlu untuk menampilkan peranan-peranan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan (dinantikan) dan yang terus berkelanjutan sepanjang kehidupan manusia normal, sejauh peranan-peranan baru masih harus terus dipelajari.

4. Irvin L. Child

Sosialisasi merupakan segenap proses yang menuntut individu mengembangkan potensi tingkah laku aktualnya yang diyakini sebenarnya dan telah menjadi kebiasaannya serta sesuai dengan standar dari kelompoknya.

5. George Herbert Mead

Sosialisasi adalah proses seseorang belajar untuk mengetahui peranan yang harus dijalankannya serta peranan yang harus dijalankan orang lain.

6. Macionis (1997 : 123)

Sosialisasi adalah pengalaman sosial sepanjang hidup yang memungkinkan seseorang mengembangkan potensi kemanusiaannya dan mempelajari pola-pola kebudayaan.

7. Horton & Hunt (1987 : 89)

Sosialisasi adalah proses di mana seseorang menginternalisasikan norma-norma kelompok tempat ia hidup sehingga berkembang menjadi satu pribadi yang unik.

8. Giddens (1994 : 60)

Sosialisasi adalah sebagai sebuah proses yang terjadi ketika seorang bayi yang lemah berkembang secara aktif melalui tahap demi tahap sampai akhirnya menjadi sadar akan dirinya sendiri, pribadi yang berpengetauan dan terampil akan cara hidup dalam kebudayaan tempat ia tinggal.

9. Soerjono Soekanto

Sosialisasi adalah suatu proses sosial tempat di mana seseorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan perilaku orang-orang di dalam kelompoknya.

10. Peter L. Berger

Sosialisasi adalah proses belajar seorang anak untuk menjadi anggota yang dapat berpartisipasi di dalam masyarakat.

11. David Gaslin

Sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan norma-norma agar dia dapat berpartisipasi sebagai anggota kelompok masyarakat.

12. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Sosialisasi berarti suatu proses belajar anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya.

Dari pengertian-pengertian di atas, secara sederhana sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup serta norma dan nilai sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya.

  1. Fungsi dan Tujuan Sosialisasi

Menurut Robert M.Z. Lawang, fungsi umum sosialisasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu:

1. Individu

Sosialisasi berfungsi sebagai sarana pengenalan, pengakuan, dan penyesuaian diri terhadap nilai-nilai, norma-norma, dan struktur sosial, sehingga seseorang menjadi warga masyarakat yang baik (dapat memenuhi harapan umum warga masyarakat).

2. Masyarakat.

Sosialisasi berfungsi sebagai sarana pelestarian, penyebarluasan, dan pewarisan nilai-nilai serta norma-norma sosial. Dengan demikian nilai dan norma tetap terpelihara dari generasi ke generasi dalam masyarakat yang bersangkutan.

Sebagai sebuah proses sosial sosialisasi juga mempunyai tujuan untuk:

1. Memberi pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan seseorang kelak di tengah-tengah masyarakat.

2. Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis dan bercerita.

3. Membantu pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.

4. Membiasakan individu dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.

  1. Media / Agen Sosialisasi

Media / agen / sarana sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu seorang individu menerima nilai dan norma atau tempat di mana seorang individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya dewasa.

Agen sosialisasi terdiri dari:

a. Keluarga

Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). Menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

Pola/ cara sosialisasi dalam lingkungan keluarga :

a. Sosialisasi represif (repressive sosialization)

1. Menghukum perilaku yang keliru

2. Hukuman dan imbalan materiil

3. Kepatuhan anak kepada orang tua

4. Komunikasi sebagai perintah

5. Komunikasi non verbal

6. Sosialisasi berpusat pada orang tua

7. Anak memperhatikan harapan orang tua

8. Keluarga didominasi orang tua (ayah)

b. Sosialisasi partisipasi (participatory sosialization)

1. Pemberian imbalan apabila anak berperilaku baik

2. Hukuman dan imbalan simbolis

3. Otonomi anak

4. Komunikasi sebagai interaksi

5. Komunikasi verbal

6. Sosialisasi berpusat pada anak

7. Orang tua memperhatikan keinginan anak

8. Keluarga mempunyai tujuan yang sama

b. Teman pergaulan

Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.

Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.

Jalinan antar individu dalam kelompok bermain sangat kuat sehingga lahirlah :

a. Nilai dan norma tertentu yang dijunjung tinggi dalam pergaulan mereka.

b. Memiliki simbol-simbol tertentu sebagai identitas kelompok.

c. Saling menyesuaikan diri dan rasa saling membutuhkan.

Fungsi utama kelompok teman sebaya antara lain :

a. Terjadi proses akulturasi dan asimilasi budaya.

b. Mengajarkan mobilitas baik vertikal maupun horizontal.

c. Memicu peranan seorang anak dalam memperoleh peran dan status baru.

Peranan positif kelompok persahabatan antara lain :

a. Rasa aman dan dianggap penting dalam kelompok akan sangat berguana bagi perkembangan jiwa anak.

b. Perkembangan kemandirian remaja tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan.

c. Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa, takut, khawatir, gembira, gelisah dan sebagainya.

d. Melalui interaksi dalam kelompok, remaja dapat mengembangkan berbagai ketrampilan sosial yang berguna bagi kehidupannya.

e. Pada umumnya kelompok persahabatan mempunyai pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang mendorong remaja bersikap lebih dewasa.

Bentuk-bentuk kelompok bermain (peer group)

1. Chums adalah kelompok yang terdiri dari dua atau tga orang sahabat karib. Pada umumnya anggotanya mempunyai kesamaan dalam hal jenis kelamin, bakat minat, dan kemampuan.

2. Cliques adalah kelompok yang terdiri dari empat atau l;ima orang sahabat karib, dan mempunyai kesamaan dalam hal jenis kelamin, minat, kemauan, dan kemampuan yang sama. Cliques merupakan gabungan dari beberapa sahabat karib.

3. Crowds adalah kelompok teman sebaya yang terdiri atas banyak remaja yang yang memiliki minat yang sama. Karena jumlahnya yang sangat banyak maka sering terjadi ketegangan emosional di antara mereka.

4. Kelompok terorganisir adalah kelompok yang sengaja dibentuk dan direncanakan oleh orang dewasa. Misalnya kelompok pecinta alam, kelompok belajar, regu kerja, pramuka. Selanjutnya kelompok tersebut dikelola melalui lembaga forma dengan aturan-aturan sistematis dan dipatuhi anggotanya.

c. Lingkungan sekolah

Apabila seorang anak memasuki lingkungan sekolah, maka secara resmi ia menjadi bagian dari kelompok formal yang terikat aturan-aturan resmi dan dihadapkan pada norma-norma yang diikuti secara teratur dengan sanksi tertentu. Sekolah memperoleh mandat yang tegas untuk mensosialisasikan nilai dan norma kebudayaan bangsa dan negaranya. Peran guru pada pendidikan dasar sangat dominan untuk mempengaruhi dan membentuk pola perilaku anak didik. Pada penddikan menengan atas peran guru sudah dibatasi oleh peran anak didik itu sendiri namun masih tetap mendapatkan peran dalam hal membimbing agar siswa mempunyai motivasi besar dalam menyelesaikan studinya. Pendidikan formal ini untuk mempersiapkan anak menguasai peranan-peranan baru dikemudian hari. Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

d. Media massa

Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

Contoh:

· Penayangan acara Smack Down di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.

· Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.

· Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketidaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.

  1. Tahap-Tahap Sosialisasi

Menurut Georgr Herbert Mead tahap-tahap sosialisasi yaitu:

a. Tahap persiapan (Preparatory stage)

Yaitu tahap di mana seseorang mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk persiapan memperoleh pemahaman tentang diri sendiri. Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam sosialisasi yang dilakukan oleh manusia. Pada tahap ini dimulai sejak manusia lahir di dunia. Sejak saat itulah seseorang sudah memiliki persiapan untuk melakukan tindakan sesuai dengan lingkungan.

b. Tahap meniru (Play stage)

Yaitu tahap di mana anak dapat melakukan tiruan terhadap perilaku orang-orang yang ada di sekitarnya. Pada tahap ini anak mulai mampu meniru secara sempurna. Tahap meniru ini juga disebut tahap bermain.

Pada tahap ini kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya relatif banyak sudah mulai terbentuk. Pada tahap ini anak mengenal “significant other” yaitu orang-orang di sekitarnya yang dianggap penting bagi pertumbuhan dan pembentukan diri, misal: ayah, ibu, kakak, pengasuh, kakek, nenek, yang sering berinteraksi dengannya.

Contoh: seorang anak kecil selalu meniru apa yang dikerjakan orang di sekitarnya dan menerima apa yang sudah dilihatnya.

c. Tahap siap bertindak ( game stage)

Pada tahap ini peniruan yang dilakukan seseorang mulai berkurang digantikan oleh peranan yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Pada tahap ini kemampuan menempatkan dirinya pada posisi orang lain mulai meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara beregu. Pada tahap ini partner interaksinya makin banyak, hubungan pun makin kompleks. Kemantapan diri pada tahap ini jauh lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap mulai dipahami. Pada tahap ini mulai siap menjadi partisipan aktif dalam masyarakat. Teman sebaya sangat berpengaruh pada game stage, karena dengan teman sebaya seseorang mulai mengenal dan berinteraksi dengan dunia di luar keluarga.

d. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized other)

Pada tahap ini manusia/seseorang disebut sebagai manusia dewasa. Dia bukan hanya dapat menempatkan dirinya pada posisi orang lain, tetapi juga dapat bertenggang rasa dengan masyarakat secara luas. Seseorang telah menyadari pentingnya peraturan-peraturan sehingga kemampuan bekerja sama menjadi mantap. Dalam tahap ini, manusia telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

  1. Bentuk-Bentuk Sosialisasi

a. Sosialisasi primer (primary sosialization)

Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dan menjadi pintu bagi seseorang memasuki keanggotaan dalam masyarakat. Tempat sosialisasi primer adalah keluarga karena manusia lahir dan hidup di tengah-tengah keluarga. Sosialisasi primer akan memengaruhi seorang anak untuk dapat membedakan dirinya dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, seperti ayah, ibu, kakak, dan adik. Dalam tahap tersebut, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Sosialisasi primer merupakan tempat menanamkan nilai-nilai budaya yang dianut keluarga seperti aturan-aturan keluarga, agama, dan kepercayaan.

b. Sosialisasi sekunder (secondary sosialization)

Sosialisasi sekunder adalah proses sosialisasi berikutnya yang memperkenalkan kepada individu tersebut sektor-sektor baru dunia objektif masyarakat. Sosialisasi sekunder mengajarkan nilai-nilai baru di luar lingkungan keluarga seperti di lingkungan sekolah, lingkungan bermain, dan lingkungan kerja.

Salah satu bentuk sosialisasi sekunder yang sering dijumpai dalam masyarakat adalah proses resosialisasi atau sering disebut proses pemasyarakatan total.

Contoh: rumah tahanan, rumah sakit jiwa, dan lembaga pendidikan militer. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu kepribadian baru. Ia di didik untuk menerima aturan dan nilai baru.

  1. Tipe-Tipe Sosialisasi

a. Sosialisasi formal

Yaitu sosialisasi melalui lembaga-lembaga yang berwenang yang berlaku dalam negara seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.

b. Sosialisasi informal

Yaitu sosialisasi yang terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan seperti teman, sesama anggota klub dan sebagainya.

  1. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Sosialisasi

a. Kesiapan dan kematangan pribadi seseorang.

Yang termasuk kesiapan adalah potensi manusia untuk belajar dan kemampuan berbahasa.

b. Lingkungan atau sarana sosialisasi

Berkembang atau tidaknya potensi kemanusiaan seseorang tergantung pada 3 faktor yaitu interaksi dengan sesama manusia, bahasa, dan cinta atau kasih sayang.

c. Keinginan yang kuat

Seseorang yang mempunyai keinginan yang kuat akan berusaha sebaik mungkin supaya keinginannya terpenuhi.

B. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

1. PENGERTIAN KEPRIBADIAN

a. Theordore M. Newcomb

Kepribadian adalah organisasi sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang dari perilakunya.

b. Roucek dan Warren

Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikilogis dan sosiologis yang mendasari perilaku seorang individu.

c. Koentjaraningrat

Kepribadian adalah susunan dari unsur-unsur jiwa dan akal yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu.

d. Cuber

Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.

e. M.A.W. Brower

Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.

f. Yinger

Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.

2. UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN

a. Pengetahuan

Setiap manusia berusaha untuk mengisi pemikirannya dengan berbagai macam pengetahuan yang ada di lingkungannya. Semua hal yang telah dipelajari sebagai pengetahuan direkam dalam otak dan dicerna atau direspon melalui bentuk-bentuk perilaku tertentu.

b. Perasaan

Merupakan bentuk penilaian seseorang terhadap sesuatu hal yang berupa perasaan positif ataupun negatif sehingga penilaian ini akan memberikan respon yang positif maupun negatif. Setiap perilaku yang didasarkan pada perasaan mempunyai penilaian yang subjektif karena setiap manusia mempunyai penilaian yang berbeda terhadap seseorang atau sesuatu.

c. Dorongan Naluri

Adalah keinginan yang ada pada diri seseorang bersumber dari panca indra sebagai aksi yang kemudian dicerna dan diwujudkan dalam bentuk reaksi. Setiap dorongan naluri sebagai perwujudan dari keinginan manusia untuk menanggapi rangsangan tersebut. Sedikitnya ada tujuh dorongan naluri dalam diri manusia, yaitu:

1. Dorongan untuk mempertahankan hidup.

2. Dorongan seksual.

3. Dorongan untuk mencari makan.

4. Dorongan untuk bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia.

5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya.

6. Dorongan untuk berbakti.

7. Dorongan akan keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.

3. FAKTOR PEMBENTUK KEPRIBADIAN

a. Warisan Biologis

Adanya persamaan biologis dalam diri manusia membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang. Semua manusia yang normal dan sehat mempunyai persamaan biologis tertentu seperti mempunyai dua tangan, dua kaki, panca indra, otak, dan sebagainya. Selain itu setiap warisan biologis membentuk karakter kepribadian unik karena tidak semua orang mempunyai karakter fisik yang sama meskipun anak kembar pasti ada perbedaannya.

Hal lain yang juga terkait dengan biologis adalah kematangan biologis. Kematangan biologis adalah misalnya seorang anak berusia 2 tahun yang dipaksa belajar membaca dan menghitung tentu saja mengalami kesulitan. Ini bukan karena anaknya yang bodoh tetapi karena pada umur 2 tahun otot mata belum berkembang dengan sepenuhnya.

b. Lingkungan Fisik

Faktor kedua yang memengaruhi kepribadian adalah lingkungan fisik seperti iklim, topografi dan sumber alam. Tetapi menurut para ahli sosiologi faktor ini tidak dianggap cukup penting dalam memengaruhi kepribadian seseorang. Misalnya bagaimana suku Aborigin (Australia) harus berjuang dengan gigih untuk tetap hidup, padahal bangsa Samoa hanya memerlukan sedikit waktu setiap harinya untuk mendapatkan makanan.

c. Kebudayaan Khusus

Coba kalian perhatikan masyarakat petani dengan masyarakat kota di lingkungan sekitar. Apakah mereka mempunyai kepribadian yang berbeda? Kita mengetahui bahwa setiap masyarakat selalu mempuyai karakter yang khusus dan berbeda satu sama lain. Karakter yang khas ini bisa disebut sebagai kebudayaan khusus yang hanya dapat ditemui pada masyarakat tertentu.

d. Pengalaman Kelompok

Sangat jelas sekali bahwa anggota kelompok yang lain mempunyai pengaruh yang penting bagi kepribadian individu. Adapun kelompok tersebut dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Kelompok acuan (Reference Group)

Merupakan kelompok yang diterima sebagai panutan atau model untuk penilaian atau tindakan seseorang. Pembentukan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh pola hubungan dengan kelompok referensinya di tahun-tahun pertama yaitu dalam lingkungan keluarga. Dan seiring perkembangannya maka kelompok referensinya juga berkembang dan berpencar sesuai dengan keinginannya.

2) Kelompok majemuk

Hal ini timbul karena mengingat kompleksnya sebuah masyarakat. Sesuatu yang harus ditegakkan dapat saja dianggap tidak perlu oleh anggota masyarakat lainnya. Dalam keadaan seperti ini maka seseorang harus berusaha dengan keras untuk mempertahankan haknya untuk menentukan sendiri apa yang dianggapnya baik dan bermanfaat bagi diri dan kepribadiannya sehingga tidak terhanyut dalam arus perbedaan dalam kelompok majemuk tempat tinggalnya.

3) Pengalaman unik

Menurut Paul Horton, kepribadian tidak dibangun dengan menyusun peristiwa di atas peristiwa lainnya. Arti dan pengaruh suatu pengalaman tergantung pada pengalaman-pengalaman yang mendahuluinya. Pengalaman-pengalaman yang unik akan memengaruhi kepribadian seseorang karena setiap pengalaman seseorang itu berbeda-beda dan tidak ada yang bisa menyamai sehingga kepribadian seseorang juga berbeda-beda.

4. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

a) Fase pertama, fase awal ketika seseorang berumur 1-2 tahun dan mulai mengenal orang lain serta norma-norma yang berlaku di lingkungan kecil. Anak mulai mempunyai pandangan tentang dirinya sebagai suatu individu yang tersendiri dan secara psikologis memiliki ego dan super ego.

b) Fase kedua, seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya. Anak mulai menyadari bahwa pandangan orang lain tentang dirinya disertai dengan beberapa penilaian.

c) Fase ketiga, Perkembangan kepribadian yang relatif tetap yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak. Fase ini disebut sebagai fase kedewasaan yang berlangsung antara usia 25-28 tahun.

5. TEORI-TEORI TENTANG KEPRIBADIAN

A) Cermin Diri

Kepribadian seseorang hanya dapat berkembang dengan bantuan orang lain, karena orang lainlah yang memberikan gambaran tentang diri kita. Dari gambaran diri atau cermin diri yang diberikan orang lain itu kemudian kepribadian kita terbentuk.

B) Generalisasi Orang Lain (George Herbert Mead; 1934)

Setiap orang meyakini bahwa orang lain memiliki harapan terhadap perilaku kita. Harapan itulah yang kita hayati, sehingga perilaku kita benar-benar seperti apa yang menurut kita sesuai dengan harapan orang lain.

C) Konflik Individu dan Masyarakat (Sigmund Freud)

Kepribadian terbentuk akibat konflik mendasar dan abadi antara individu dengan masyarakatnya. Jiwa seseorang terdiri atas tiga bagian, Id, Superego, dan ego.

    1. Id adalah pusat nafsu dan dorongan-dorongan yang bersifat naluriah, anti sosial dan rakus
    2. Superego adalah jalinan antara cita-cita dan nilai-nilai sosial yang dihayati seseorang sehingga membentuk hati nurani.
    3. Ego adalah bagian yang bersifat sadar dan rasional, sehingga mampu mengendalikan konflik antara superego dan Id.

Pertentangan antara dorongan naluriah yang cenderung merusak (Id) dengan nilai-nilai sosial yang menekan (superego), dikendalikan oleh kesadaran (ego) akhirnya melahirkan perilaku khas yang disebut kepribadian.

6. HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN DENGAN KEBUDAYAAN

Kerpibadian seorang individu disesuaikan dengan system norma yang berlaku dalam masyarakat Kesesuaian kepribadian dan nilai atau norma membutuhkan proses sosialisasi. Sifat kebudayaan yang dinamis juga memerlukan sosialisasi agar sesuai dengan kepribadian masyarakatnya. Saling keterkaitan antara kehidupan tersebut berlangsung terus dalam lingkaran kehidupan. Kebudayaan merupakan karakter masyarakat bukan karakter secara individual. Semua yang dipelajari dalam kehidupan sosial dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya merupakan kebudayaan. Kebudayaan selalu digunakan sebagai pedoman hidup artinya sebagai sarana untuk menyelenggarakan seluruh tata kehidupan warga masyarakat tersebut. Bagi generasi baru kebudayaan akan berfungsi membentuk atau mencetak pola-pola perilaku yang selanjutnya akan membentuk suatu kepribadian bagi warga generasi baru tersebut. Jelas bahwa dalam proses pembentukan kepribadian bagi seseorang, kebudayaan merupakan komponen yang akan menentukan bagaimana corak kepribadian dari warga masyarakat khususnya generasi baru.

Menurut Koentjaraningrat, suatu kebudayaan sering memancarkan suatu watak khas tertentu yang tampak dari luar. Watak inilah yang terlihat oleh orang asing. Watak khas itu sering tampak pada gaya tingkah laku masyarakatnya, kebiasaan-kebiasaannya, maupun dari hasil karya benda mereka.

Menurut Soerjono Soekanto (2001: 206) ada beberapa tipe kebudayaan khusus yang secara nyata dapat mempengaruhi bentuk kperibadian seorang individu.

1. Budaya khusus atas dasar faktor kedaerahan.

2. Budaya khusus masyarakat desa dan kota.

3. Budaya khusus kelas sosial.

4. Budaya khusus atas dasar agama

5. Budaya khusus berdasarkan profesi.

UJI KOMPETENSI

A. Pilihlah jawaban yang paling benar!

1. Seorang individu belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan, dan melaksanakan suatu tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya, dinamakan proses………

a.interaksi

b. sosialisasi

c.komunikasi

d. normalisasi

e.edukasi

2. Ani mempunyai temperamen agresif dan pemarah dalam menghadapi segala persoalan. Kepribadian Ani dipengaruhi oleh faktor……..

a. biologis

b. sosiologis

c. psikologis

d. lingkungan

e. fisik

3. Film Kartun sering memuat adegan kekerasan dan sadis. Dikhawatirkan adegan semacam itu mempengaruhi pola perilaku anak menjadi…………..

a. mudah berinteraksi

b. memperluas cakrawala pengetahuan

c. bereksperimen

d. agresif

e. asusila

4. Si Tono senang meniru gaya kelompok ”Band Dewa”. Oleh Herbert Mead perilaku tersebut termasuk pada tahapan ……..

a. Generalized Other

b. Game Stage

c. Preparatory stage

d. Play Stage

e. Game Station

5. Sejak menjadi anggota polisi Arman selalu berjalan dengan tegap, berbicara dengan tegas, disiplin waktu. Secara sosiologis kepribadian Arman dipengaruhi oleh……….

a. kebudayaan

b. lingkungan kelas sosial

c. pekerjaan

d. perubahan zaman

e. teman sebaya/peer group

6. Konsep diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain merupakan teori…..

a. Labeling

b. Looking glass-self

c. Generalized stage

d. Preparatory stage

e. Game theory stage

7. Tuti dalam mengisi waktu luangnya sering berbelanja ke luar negeri. Secara sosiologis kepribadian Tuti dipengaruhi oleh kebudayaan……..

a. kedaerahan

b. kelas sosial

c. agama

d. profesi

e. desa / kota

8. Si A tumbuh menjadi remaja yang selalu minder/tidak percaya diri dan mudah patah semangat karena dalam hidupnya sering mengalami kegagalan. Kepribadian Si A dipengaruhi oleh faktor………….

a. pembawaan

b. lingkungan fisik

c. kelompok

d. kebudayaan khusus

e. pengalaman unik.

9. Setiap orang melihat dirinya sendiri seperti apa yang dilihat orang lain terhadap dirinya. Perkembangan kepribadian orang tersebut pada fase………..

a. pertama

b. kedua

c. ketiga

d. keempat

e. kelima

10. Bu Rudi selalu membelikan segala keinginan anaknya apabila segala perintahnya dipatuhi. Bu Rudi menerapkan pola sosialisasi………

a. repressive

b. partisipasi

c. preventif

d. persuasive

e. koersif

B. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!

1. Sebutkan pengertian sosialisasi!

2. Jelaskan bentuk-bentuk sosialisasi!

3. Sebutkan agen-agen sosialisasi!

4. Berikan contoh sosialisasi yang bersifat represif!

5. Sebutkan Tri Pusat Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantoro!

6. Sebutkan pengertian kepibadian!

7. Sebutkan faktor-faktor pembentuk kepribadian!

8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan play stage dan berikan contohnya!

9. Sebutkan kebudayaan-kebudayaan khusus yang dapat mempengaruhi kepribadian!

10. Jelaskan hubungan antara kepribadian, sosialisasi dan kebudayaan!

3 Responses to "BAB IV SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN"